Jakarta, 29 Agustus 2016 - Kemacetan pertumbuhan sektor industri harus segera dipecahkan. “Setiap kementerian mengidentifikasi persoalan industri di bawahnya dan kita carikan solusi sampai ke level operasional agar sektor industri dapat segera tumbuh,” demikian kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, pada rakor tentang industri hari ini, Senin (29/8).
Hadir dalam rakor ini Menteri Kesahatan Nila F. Moeloek, Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, serta pejabat dari kementerian/lembaga terkait.
Darmin menegaskan bahwa pemerintah akan menjadi problem solver bagi persoalan yang mengganjal bagi pengembangan industri di lapangan. “Baik manufaktur, farmasi dan kesehatan, pertambangan, pertanian, kita sudah ada konsep pengembangannya, tapi kita perlu lebih tajam menyusun rencana yang lebih operasional,” imbuh Darmin.
Dibandingkan dengan tahun 2015 lalu, memang sudah ada pertumbuhan di sektor industri. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang diolah Kemenperin, nilai investasi PMDN sektor industri sampai dengan Triwulan II Tahun 2016 sebesar Rp 50,70 triliun atau tumbuh sebesar 17,87% dibanding periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp 43,01 triliun. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 49,44% dari total investasi PMDN sampai dengan Triwulan II tahun 2016 sebesar Rp 102,54 triliun.
Untuk nilai investasi PMA, sampai dengan triwulan II tahun 2016 mencapai US$ 8,01 miliar atau meningkat sebesar 49,11% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sebesar US$ 5,37 miliar. Investasi PMA sektor industri memberikan kontribusi sebesar 56,97% dari total investasi PMA sampai dengan triwulan II tahun 2016 sebesar US$ 14,07 miliar.
Sektor industri harus terus didorong karena memberikan kontribusi dan multiplier effect terhadap ekonomi. “Untuk industri, gas adalah infrastruktur utama. Selain ketersediaan (availability), harga gas juga harus dijaga,” kata Airlangga Hartarto.
Sementara Nila F. Moeloek mengatakan bahwa kementerian kesehatan juga akan mendorong industri farmasi dan kesehatan agar kebutuhan obat dari masyarakat dapat dinikmati oleh industri dalam negeri. “Untuk alat kesehatan sebenarnya sudah cukup baik, tapi kita masih mendorong untuk industri farmasi,” ujar Nila Moeloek.
Lebih lanjut Darmin mengungkapkan, kalau persoalan industri ini tidak diatur dengan baik, maka akan terjadi mismatch di masa depan. Misalnya saja program listrik 35.000 MW, saat ini perkembangannya lebih cepat dari yang diperkirakan. “Bahkan mungkin setelah tahun 2020, listrik kita akan oversupply. Kita harus pikirkan dengan baik agar industri juga memanfaatkan kelebihan listrik ini,” imbuh Darmin. (ekon)
Comments
Post a Comment