Skip to main content

Pengguna Facebook Tipe Envy Rentan Kekurangan Tingkat Kebahagiaan Diri



Denmark Aktivitas seseorang yang diumbar ke media sosial belum tentu akan mendapat respon baik. Alih-alih ingin menyebarkan kabar baik ke sesama penggua media sosial malah membuat mereka iri. Apalagi bagi pengguna yang terlalu sering mengepos foto dan video.

Biasanya hal yang sering membuat pengguna lain merasa iri yaitu ketika postingan tersebut terlalu berlebihan mengekpos gaya hidup seperti mengunjungi tempat mewah, menunjukkan kemesrahan dengan pasangan, memamerkan barang-barang mahal dan sebagainya.

Belum lama ini terdapat studi yang meneliti pola tingkah laku seperti itu. Istilahnya disebut dengan Facebook Envy atau rasa iri ketika melihat aktivitas orang lain di Facebook. Facebook Envy berefek pada berkurangnya tingkat kebahagiaan pada seseorang.

Penelitian ini dilakukan oleh University of Copenhagen. Hasil temuan yang dimuat di Independent.co.uk (22/12/2016), melansir bahwa mereka yang menderita Facebook Envy cenderung cemburu dengan aktivitas temannya di sosial media.

Eksperimen kepada 1.095 orang untuk menguji perilaku pengguna Facebook. Setengah dari mereka diharuskan untuk meneruskan kebiasaannya bermain Facebook dan sisanya diminta untuk tidak melakukan aktivitas tersebut.

Mereka diminta untuk mengerjakan pre-tes selama 15 menit. Kemudian secara acak dimasukkan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dilarang untuk mengakses Facebook selama 7 hari sedangkan kelompok kontrol boleh melakukannya secara terus menerus.

Pada pos-tes di hari terakhir eksperimen, yang diikuti oleh 888 partisipan, 13 persen dari kelompok eksperimen mengaku bahwa mereka kapok menggunakan Facebook.

Mayoritas dari mereka mengaku bahwa aktifitas bersosial media dilakukan karena dua hal yaitu dalam keadaan darurat atau sebagai sebuah kebiasaan.

Tes juga menunjukkan bahwa pengguna Facebook merasakan kepuasan dengan tingkat keputasan mencapai 7,74 dari skala 10. Sedangkan bagi mereka yang intens menggunakan sosial media berada pada rating 8,11.

Hasil temuan ini mengindikasi bahwa si penderita Facebook Envy yang keluar dari kebiasaan bersosial media di Facebook berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan yang tinggi ketimbang mereka yang tetap setia dengan Facebook.

Rentang usia yang lebih banyak menghabiskan waktunya di media sosial ada pada mereka yang berada pada umur 19 sampai 32 tahun.

Brenda Wiederhold, Kepala Editor Cyberpsychology, Behavior and Social Networking, mengatakan studi tersebut menunjukkan bahwa Facebook “mengintai” bahkan menyebabkan emosi negatif.

Berdasarkan hasil penelitian, para aktivis Facebook disarankan untuk keluar dari aktivitas bersosial media. (hmd)

Comments

Popular posts from this blog

Update Status Setelah 10 Hari Tidak Online, Akun Facebook Remaja Ini Mendadak Viral

Akun Facebook bernama Afi Nihaya Faradisa langsung kebanjiran komentar pujian. Pasalnya Afi menulis keluh kesahnya yang menginspirasi bagi para pengguna gadget. Tulisan tersebut ia posting setelah sepuluh hari melepaskan ketergantungannya pada perangkat cerdas yang selama ini mempengaruhi pikirannya pada hal-hal yang negatif. Afi merupakan seorang remaja yang masih duduk di bangku SMA Negeri 1 Gambiran Banyuwangi. Sekitar pukul 17:47 WIB kemarin, Kamis, 8 Desember 2016 ia menuangkan hasil renungan itu di status Facebook miliknya. Hingga berita ini diterbitkan, tercatat sebanyak 5,9 ribu likes disertai emoticon, 3,8 ribu share, dan 848 komentar telah meramaikan status Afi. Berikut tulisan yang menarik perhatian ribuan netizen dikutip dari postingannya di Facebook. Aku pernah mematikan total hapeku selama 10 hari. Selama itu, aku tidak berhubungan dengan dunia luar sama sekali. Hanya dari situ kau bisa mengamati apa yang gadget dan koneksi internet telah renggut sel...

Jarang Sekali Dibersihkan, Kini Hadir Tisu Toilet Untuk Smartphone

Hampir semua jenis aktivitas yang kita lakukan sehari-hari selalu membawa smartphone, hal ini membuat smartphone terkontaminasi dengan bakteri. Namun banyak di antara kita tidak peduli dengan kebersihannya. Dikabarkan dari Telegraph.co.uk, baru-baru ini di sebuah operator mobile terbesar di Jepang bernama NTT Domoco membuat Tisu Toilet untuk membersihkan Smartphone. Tisu tersebut mengandung anti bakteri sehingga dapat digunakan untuk mensterilkan smartphone kita dari kuman. Inovasi ini dilatarbelakangi oleh temuan bahwa pada layar smartphone kita mengandung lima kali lebih banyak kuman dari pada toilet duduk. Kita dapat menemukan tisu tersebut menempel di samping tisu biasa agar dapat digunakan saat kita berada di dalam toilet. Salah satunya toilet yang ada di Bandara Narita Internasional Jepang. Pada lembaran tisunya terdapat tulisan ucapan selamat datang dan sejumlah informasi di antaranya kode untuk mengakses wifi yang telah disediakan pihak Domoco. Pemri...

Google Home: Produk Google yang Dapat Jawab Pertanyaan Anda.

Google semakin memanjakan para penggunanya dalam memenuhi kebutuhan pencarian informasi. Setelah meluncurkan Aplikasi Chatting Allo dan Smartphone Pixel, kini Google Home hadir menjadi primadona. Produk yang satu ini memungkinkan pengguna dapat mencari informasi tanpa mengetik kata-kata melainkan cukup mengucapkannya saja. Untuk membangun platfom berbasis suara ini, Google membuat fitur pendukung yang diberi nama Asisstant Smarter. Perangkat bantuan ini memungkinkan pengguna melakukan percakapan berbentuk tanya jawab. Selain itu melalui fitur ini pengguna dapat menjual produk dan melakukan pemesanan tiket. Direktur Manajemen Produk Google Jason Douglas mengatakan, “untuk dapat benar-benar membantu sebagai asisten, harus dapat terhubung dengan pengguna melalui aplikasi dan pelayanan dalam hidup mereka.” Dalam menciptakan teknologi yang fleksibel bagi pengguna, Google menggandeng perusahaan besar seperti Philips, Nest, Samsung, dan IFTTT. Hasil kerjasama dengan empat ...